THORIUM, "Harta Karun Nuklir" Indonesia Tersebar dari Bangka hingga Sulawesi.
Halo guys, kali ini saya ingin
membahas tentang kekayaan alam Indonesia yaitu “THORIUM” (Energi terbarukan
berupa Nuklir) yang terpendam dan baru-baru ini sedang ramai diberitakan loh..
Langsung aja deh simak postingan ini ya,,
Jakarta -Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) memperkirakan ada sekitar 210.000-280.000 ton thorium yang
tersimpan di perut bumi Indonesia. Thorium merupakan salah satu jenis nuklir di
samping uranium, namun limbah radio aktif yang dihasilkannya jauh lebih rendah
dibanding uranium.
Cadangan
thorium tersebut tersebar di Pulau Bangka, Kalimantan Barat (Kalbar),
Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Sulawesi Barat (Sulbar) yang memiliki banyak
tanah jarang.
"Thorium
ada di daerah dimana ditemukan unsur tanah jarang, ada di pasir monasit,
biasanya ada di Vietnam, Semenanjung Malaysia, Bangka, Kalbar, Kalteng, dan di
Mamuju Sulbar," kata Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto, dalam
konferensi pers di Kantor BATAN, Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Dia
menjelaskan, sekitar 90% bahan bakar thorium akan bereaksi menghasilkan
listrik, sedangkan uranium hanya 3-5%, sehingga limbah radio aktif yang dihasilkan
thorium jauh lebih kecil.
"Limbahnya
lebih sedikit dari uranium, tapi memang punya radio aktif. PLTN 1000 MW itu
menghasilkan 300 m kubik limbah radio aktif per tahun, 5% limbahnya usianya
panjang. Kalau thorium yang limbahnya usianya panjang lebih rendah, kurang dari
5%, di bawah 300 m kubik juga," kata Djarot dalam konferensi pers di
Kantor BATAN, Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Thorium
juga tidak menghasilkan plutonium pada proses reaksi nuklirnya sehingga tidak
dapat disalahgunakan untuk tujuan persenjataan. "Ini tidak bisa
dimanfaatkan sebagai senjata. Lebih aman," ujarnya.
Namun,
thorium tidak dapat berdiri sendiri sebagai bahan bakar. Thorium membutuhkan
uranium 235 agar dapat dikonversi menjadi uranium 232 dan siap digunakan
sebagai sumber energi. Maka pengembangan thorium mau tak mau harus lebih dulu
dimulai dengan pengembangan uranium.
Selain
itu, pemanfaatan thorium untuk energi masih membutuhkan waktu yang lama.
Penelitian sudah dilakukan di berbagai negara, namun belum pernah ada negara
yang secara penuh mengaplikasikan secara komersial.
RI Kaya Thorium,
Nuklir Ramah Lingkungan, Apa Kelebihannya Dibanding Uranium?
Jakarta -Indonesia memiliki
cadangan nuklir jenis thorium hingga 280.000 ton. Dibandingkan uranium, thorium
memiliki beberapa kelebihan, terutama dari sisi dampak lingkungannya.
Kepala
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio Wisnubroto, mengungkapkan
bahwa 90% bahan bakar thorium akan bereaksi menghasilkan listrik, sedangkan
uranium hanya 3%-5%, sehingga limbah radio aktif yang dihasilkan thorium jauh
lebih kecil.
"Limbahnya
lebih sedikit dari uranium, tapi memang punya radio aktif. PLTN 1000 MW itu
menghasilkan 300 meter kubik limbah radio aktif per tahun, 5% limbahnya usianya
panjang. Kalau thorium yang limbahnya usianya panjang lebih rendah, kurang dari
5%, di bawah 300 meter kubik juga," kata Djarot dalam konferensi pers di
Kantor BATAN, Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Thorium
juga tidak menghasilkan plutonium pada proses reaksi nuklirnya sehingga tidak
dapat disalahgunakan untuk tujuan persenjataan. "Ini tidak bisa
dimanfaatkan sebagai senjata. Lebih aman," ujarnya.
Selain
itu, listrik yang dihasilkan thorium relatif murah, kurang lebih US$ 6-8
sen/kWh, sama dengan listrik dari PLTN berbahan bakar uranium. "US$ 6-8
sen per kWh. Relatif lebih murah dibanding batubara. Ini sangat menjanjikan
untuk masa depan," tukas dia.
Pakar
thorium dari International Atomic Energy Agency (IAEA), Matt Krauser,
menambahkan bahwa cadangan thorium jauh lebih besar dibandingkan uranium,
kurang lebih 3-4 kali lipat cadangan uranium di seluruh dunia.
"Ketersediaannya lebih besar dari uranium, 3-4 kali lipat," ucapnya.
Thorium
juga lebih stabil dibanding uranium, hanya saja penggunaannya lebih sulit.
"Dari sisi sifat fisiknya jauh lebih bagus dari uranium. Titik leburnya
lebih tinggi, memang lebih rumit pengolahannya, tapi lebih stabil sifatnya.
Thorium bisa dimanfaatkan dalam waktu lebih panjang," tukas dia.
Biaya
untuk pengembangan dan penggunaan thorium kurang lebih sama dengan uranium,
tergantung pada teknologi yang digunakan. "Biayanya hampir sama dengan
uranium, sekarang tergantung teknologi yang akan dipilih," tutupnya.
Kandungan Thorium di
RI Melimpah, Tapi Belum Punya Teknologinya
Jakarta -Indonesia kaya akan
cadangan nuklir. Selain memiliki cadangan 70.000 ton uranium, Indonesia juga
memiliki 210.000-280.000 ton thorium. Thorium yang tergolong 'nuklir ramah
lingkungan' merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sedang dilirik
Indonesia.
Namun,
pengembangan thorium terkendala beberapa hal, salah satunya adalah ketiadaan
teknologi. Mengubah teori pemanfaatan thorium untuk energi menjadi sebuah
kenyataan masih membutuhkan waktu yang lama. Belum ada satu pun negara yang
berhasil secara penuh mengaplikasikan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)
secara komersial.
"Masih
butuh beberapa dekade sampai PLTN berbasis thorium dapat terwujud. Butuh waktu
untuk pengembangan thorium," kata Kepala BATAN, Djarot Sulistio
Wisnubroto, dalam konferensi pers di Kantor BATAN, Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Djarot
menuturkan, Amerika Serikat (AS) sebenarnya sudah mulai mengembangkan thorium
pada 1965, namun program pengembangan thorium dihentikan. Pasalnya, AS lebih
memilih uranium karena reaksi fisi uranium dapat menghasilkan plutonium yang
dibutuhkan untuk pengembangan persenjataan berbahan baku nuklir.
Kemudian
pada 1967 Jerman berinisiatif mengembangkan thorium dengan teknologi yang sama,
diikuti oleh India. Belakangan China dan Jepang juga ikut mengembangkan
thorium. Tapi sampai sekarang penelitian terhadap thorium masih berlangsung di
berbagai negara, belum selesai.
"Yang
harus dibangun adalah infrastruktur pendukung, termasuk bagaimana melakukan
fabrikasi serta siklus daur bahan bakarnya. Tugas BATAN adalah meneliti, dan
mengkaji kegiatan tersebut," paparnya.
Meski
banyak tantangan, penelitian dan pengembangan harus terus dilakukan karena
thorium merupakan sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan, hanya saja
butuh waktu, komitmen, dan upaya keras. "Indonesia harus melakukan
penelitiannya dan itu tugas BATAN," pungkas Djarot.
Sekian postingan kali ini, Semoga bermanfaat ya...